Selasa, 26 April 2011

Cerpen-Room in Secret

Oleh : Cie_Poet
Room in Secret
Sesuatu yang indah itu datang . . .
Kamu tahu?
Aku bebas . . .

Siang ini hatiku penuh semangat dan kecerahan. Serasa semua rumput dan dedaunan di depan rumahku menyapaku dan menyalamiku satu-persatu. Sejuta rasa indah membawaku. Seketika saja semuanya begitu cerah. Walau mendung, langit serasa bersahabat. Walau petir menggelegar, hatiku bertahan tak tersayat.
            Aku tahu. Aku mungkin terlalu berlebihan dalam menggambarkan hatiku saat ini. Tetapi, kejadian yang baru saja aku lewati memang benar-benar membuatku bebas dari penghianat itu. Walaupun sebenarnya ada sedikit darah di tanganku.
            Peristiwaku yang lalu itu memang berawal dari kesalahanku. Aku adalah seorang model yang lumayan laris.
Model, di situlah letak kesalahanku. Awalnya memang senang menjadi model. Tapi akhirnya menjadi model ternyata awal yang berbahaya bagiku.
            Karena aku adalah model, nyawaku terancam. Mungkin hanya aku. Model yang kurang melihat situasi.
            Awalnya, seseorang memintaku menjadi model. Ia adalah seseorang yang akhirnya menjadi sahabatku. Setelah aku pikir-pikir dan kupertimbangkan dengan orang tuaku, aku menerima tawaran itu.
Setelah satu bulan menjadi model, keadaan mulai berubah. Banyak tawaran-tawaran iklan produk yang membanjiriku.
Pada suatu waktu, ketika aku sedang pergi bersama sahabatku ke kafe yang lumayan sepi, entah mengapa hal yang terakhir kuingat adalah bau ayam goreng spesial. Setelah itu aku tak tahu aku berada di mana dan apa yang telah kulakukan.
Setelah aku sadar, ternyata aku berada di tempat paling gelap yang pernah aku temui. Aku saat itu berfikir mungkin aku akan mati di dalam sini.
Aku teringat sahabatku. Kemudian aku mulai bertanya-tanya pada diriku sendiri seakan-akan otakku penuh tanda tanya.
Kemana perginya sahabatku dan bagaimana keadaannya?
Apa yang terjadi?
Apa aku diculik?
Untuk apa aku diculik?
Aku bergidik membayangkan jawaban pertanyaan yang kubuat. Saat itu aku merasa seluruh tubuhku lemas. Namun, ketika aku teringat orang tuaku, aku mulai berusaha mencari jalan keluar.
Aku tak menemukan jalan keluar itu. Aku telah menelusuri dinding  yang terasa dingin. Seakan putus asa, aku kemudian diam menunggu apa yang terjadi selanjutnya.
Tiba-tiba aku dikagetkan oleh suara yang berasal dari belakangku dan lampu yang menyala. Begitu aneh. Waktu itu yang kutahu, makanan sudah tergeletak di lantai tanpa aku tahu dari mana datangnya makanan itu.
Aku lapar, tapi aku tak mau memakan makanan itu.
Lampu masih menyala. Sekitar ruangan terlihat terang. Ada meja di sudut ruangan. Di atas meja terdapat sekumpulan bunga mawar, bunga kesukaanku. Di sudut yang lain ada pakaian dan peralatan make-upku.
Sungguh aneh. Kesannya aku diculik, tetapi menerima pelayanan yang seperti berada di hotel terbagus di kotaku. Aku kembali bertanya, sebenarnya penculik macam apa yang menculikku? Jika aku seorang yang disandera, apa mungkin aku adalah sandera yang dirasa istimewa? Ugh...
Aku duduk di tempat tidur yang lumayan empuk. Seperti ruang bawah tanah di rumahku, dindingnya terbuat dari besi, tak ada jendela dan tak ada celah.
Dunia seakan terasa gelap waktu itu. Aku hampir pingsan kelaparan. Makanan yang disediakan menggoda dan menari-nari di depan mataku. Aku benar-benar lapar. Dan akhirnya aku pun makan.
Makanan itu terasa enak. Bahkan lebih enak dari makanan yang ada di resto paling terkenal di Kotaku. Entah kenapa terasa enak. Mungkin karena aku lapar, sehingga makanan itu dapat mengalahkan kualitas resto terkenal.
Makanan itu juga tak beracun. Buktinya hingga sekarang tak terjadi apa-apa dengan tubuhku. Sungguh senang jika ada penculik yang melayani sanderanya dengan kemewahan seperti saat itu. Hal tergila dalam hidupku, aku menikmati menjadi sandera!
Oh... mungkin benar bahwa aku agak gila waktu itu.
Setelah makan, suara itu datang lagi. Tiba-tiba di tempat makanan yang tadi muncul, ada sebuah kotak. Aku mengambilnya. Isinya hanya sebuah selimut tebal. Aku berfikir penculik itu benar-benar mengistimewakanku. Aku jadi penasaran dengan penculik itu. Waktu itu aku merasa Ge-Er, mungkin penculik itu naksir aku?
Aku merasa ngantuk. Aku kemudian bersiap untuk tidur. Tempat ini benar-benar seperti hotel termewah di kotaku. Hanya saja di sini tak ada kamar mandi.
***
Aneh.. aku waktu itu keadaan ruang berubah. Tempat tidur yang ku tiduri telah berganti seprainya. Bunga mawar bertambah banyak. Di kaca rias tertuis ‘KAMU AKAN MATI’.
            Aku merinding. Rasa takut menjalar ke seluruh tubuhku. Kenyamanan menjadi seorang sandera ternyata hanya sekilas.
            Aku menerawang ke semua bagian dari ruangan yang mulai bertambah dingin. Tak ada jalan keluar. Aku saat itu berfikir mungkin aku akan mati kedinginan.
            Lampu mati. Aku ketakutan.
            Waktu itu aku melihat ada sedikit cahaya di dekat cermin rias. Aku mengintip lewat dinding yang dingin. Aku melihat wajah, wajah sahabatku. Aku kemudian berteriak. Sahabatku menoleh. Ia mencari sumber suara. Dia cepat menemukanku. Sedikit aneh. Tapi aku senang. Setelah aku tahu bahwa sahabatku juga ikut disandera, aku sering berkomunikasi dengannya.
            Hingga pada suatu waktu, dinding yang dingin terbuka. Kaca rias terbelah menjadi dua. Aku berlari ke arah sahabatku dan memeluknya. Waktu itu pula dinding itu menutup.
            Aku melepas pelukanku dan melihat ke sekitar ruangan. Ada banyak alat canggih di sana. Ada tombol-tombol yang tidak aku mengerti.
            Tiba-tiba sahabatku menarik keras tanganku. Ia memaksaku untuk menurut. Ia laki-laki brengsek. Ternyata ia yang menculikku. Tapi, akhirnya aku berhasil membunuhnya.
            Oh, bukan. Aku tidak membunuh. Ia terbunuh saat aku berusaha melepaskan diri darinya. Ruangannya sendiri yang membunuh dirinya. Aku tidak membunuh. Aku hanya menendangnya ketika ia mau merobek pakaianku. Ia jatuh dan sesuatu yang tajam menembus jantungnya.
            Aku tidak membunuh.
            Aku kemudian mencoba mencari jalan keluar lewat ruangannya. Semua monitor aku nyalakan. Tombol-tombol aku pelajari dengan cepat. Aku beruntung aku adalah mahasiswa universitas teknologi.
            Aku berhasil melacak siapa sahabatku. Ia ternyata pernah melakukan hal yang sama tujuh kali dengan wanita yang berbeda. Semuanya adalah model seniorku yang dinyatakan hilang!
            Ternyata sahabatku membunuh mereka semua. Aku tahu dimana jenazahnya. Dan mungkin akulah satu-satunya orang yang tahu di mana seniorku berada.
            Aku di sekap di bawah rumah sahabatku. Bukan, bukan sahabatku sekarang. Ia adalah penghianat.
            Aku bisa keluar dengan semua ilmu yang kumiliki. Aku bebas. Aku pulang dengan selamat. Keluargaku tak mencariku. Karena yang mereka tahu, semalam aku ada uji praktek di kampus.
            Data software penghianat itu aku pegang. Mungkin sampai aku mati aku akan terus memegangnya. Penghianat itu takkan pernah ditemukan. Aku telah menaruh jasadnya di tempat itu. Tempat yang sama dengan tujuh jasad seniorku.
            Semua tak ada yang percaya ceritaku. Hanya ada satu yang percaya. Ruang itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar